Jamaah Sholat Idul Adha di Masjid Al – Muhajirin Membludak

Tangerang – Pelaksanaan Sholat Idul Adha 1445 Hijriah di Masjid Al – Muhajirin, Griya Permata Cisoka (GPC), Desa Cibugel, Kecamatan Cisoka, Kabupaten Tangerang, Senin (17/6), berlangsung khidmat.
Sejak pukul 06.15 WIB jamaah mulai berdatangan dan memenuhi shaf yang telah disediakan pihak Dewan Kemakmuran Masjid (DKM) masjid Al – Muhajirin.
Jamaah yang datang membeludak hingga di halaman masjid, Jamaah tersebut terdiri dari anak-anak, remaja dan orang tua.
Sholat Idul Adha dilaksanakan pada pukul 07.00 WIB. Adapun yang bertindak sebagai Imam Ustadz Abdul Aziz dan khatib Ustadz Nasurulloh. Hadir, Ketua DKM Masjid Al – Muhajirin Ustadz Jujang, Ketua PHBI & Ketua Panitia Qurban Ustadz Agus Setiawan, Ketua RW 07 GPC Bapak Setu, Tokoh agama, Tokoh masyarakat dan warga Griya Permata Cisoka.
Dalam ceramahnya, Ustadz Nasurulloh menceritakan
Kisah penyembelihan Nabi Ismail yang disampaikan pada saat khotbah Idul Adha karena sangat patut diteladani oleh umat Islam.
Berikut hikmah atau arti yang terkandung dalam kisah perintah Allah kepada Nabi Ibrahim untuk menyembelih Ismail:
1. Kecintaan kepada Allah Harus Melebihi Ego Duniawi
Dari pengorbanan Nabi Ibrahim yang bersedia menyembelih Ismail, umat Islam belajar bahwa ego duniawi sama sekali tidak boleh mengunggali kecintaan kepada Allah.
Dalam kisah tersebut, ego duniawi yang dimiliki Nabi Ibrahim yakni kecintaan terhadap anaknya yang sangat berbakti.
Sebagai seorang ayah, hal yang sangat wajar jika dia tidak mau kehilangan putra yang begitu soleh dan berakhlak baik.
Jika kecintaan Nabi Ibrahim kepada Allah dikalahkah oleh ego duniawinya, maka kemungkinan besar dia akan memohon agar perintah tersebut dibatalkan.
Namun, Nabi Ibrahim menunjukkan keteladanan yang luar biasa. Beliau sangat memahami bahwa tidak ada yang lebih agung dibandingkan perintah langsung dari Allah dan tidak ada kenikmatan yang lebih baik dibandingkan kesempatan untuk mematuhi kewajiban dari Allah.
2. Tingkat Keikhlasan yang Luar Biasa
Selanjutnya, hikmah qurban Nabi Ibrahim yaitu keikhlasan yang tingkatnya begitu tinggi sehingga tidak ragu sedikit pun untuk mematuhi perintah Allah.
Nabi Ibrahim dan Ismail menunjukkan sesuatu yang bahkan melampaui maqom ikhlas.
Nabi Ibrahim rela mengorbankan anak yang dikasihinya untuk dipersembahkan kepada Allah.
Begitu pun dengan Nabi Ismail yang rela disembelih untuk menaati perintah Allah, padahal ia masih berusia muda dan punya masa depan yang masih panjang.
Ismail sangat pasrah meskipun nyawa akan menjadi taruhan demi menjalankan perintah Allah. Ia berserah diri, memantapkan hati dan percaya kepada ayahnya untuk melakukan penyembelihan dengan tenang.
3. Orang Tua yang Menjadi Role Model bagi Anak
Bagi para orang tua, kisah Nabi Ibrahim dan Ismail dapat dijadikan pelajaran untuk berusaha menjadi role model yang baik bagi anak-anak.
Selama hidup, Nabi Ibrahim merupakan sosok orang tua yang tidak pernah berbohong, dapat diandalkan, amanah dan penuh kasih sayang.
Beliau sama sekali tidak pernah mengecewakan anaknya dan selalu mendidik dengan benar, sesuai ajaran Islam. Alhasil, Ismail sangat mengidolakan ayahnya dan percaya penuh kepada Nabi Ibrahim.
Cerita qurban Nabi Ibrahim dan Ismail sangat menyentuh dan penuh dengan pelajaran yang berharga, terutama dalam menaati perintah Allah.
Kisah tersebut menjadi dasar disyariatkannya ibadah kurban berupa kambing, sapi, domba, unta atau kerbau setiap tanggal 10 dzulhijjah.
Qurban juga sebagai tanda ketaatan kita kepada perintah Allah bahwa harta yang kita miliki itu datangnya dari Allah dan harus dikembalikan dalam bentuk ketaatan kepada Allah
Setelah pelaksanaan Sholat Idul Adha, terlebih dahulu dibacakan nama-nama para pengorban oleh Ustadz Nasurulloh dan Ustadz Agus Setiawan, Pada tahun 2024 ini panitia qurban Masjid Al – Muhajirin mendapat kepercayaan untuk menyajikan hewan qurban sebanyak 6 ekor kambing dan 3 ekor Sapi.